Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Mei 2017

Suara Para Ulama dan Tokoh Nasional Aksi Simpatik 55

Aksi Simpatik 55
Ngelmu.id - Siang ini dilaksanakan aksi 55 yang diprakarsai oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). Aksi 55 ini bertujuan untuk menuntut keadilan terkait kasus penistaan agama dengan terdakwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Ahok menjelang putusan majelis hakim pada 9 Mei mendatang.

Ketua Umum Gerakan Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan, tidak ada keinginan untuk anarkis ataupun menggulingkan kekuasaan siapa pun. GNPF, kata dia, bersama umat Islam yakin, Allah yang Maha Adil pasti akan turunkan keadilan-Nya. �Sebab, jutaan hamba yang ada di Indonesia khususnya, pasti ada salah satu yang dikabulkan oleh Allah SWT,� katanya. Agenda dari aksi simpatik itu, jelas Bachtiar, hanya shalat berjamaah di Masjid Istiqlal dan long march ke Mahkamah Agung, setelah itu selesai. Bachtiar mengatakan, tidak ada agenda lain yang terselip, terlebih agenda makar yang diisukan selama ini. �Kalaupun ada agenda lain, kami akan umumkan,� jelasnya.

Bachtiar melanjutkan GNPF-MUI akan melakukan orasi dan memohon doa kehadirat Allah. Kemudian, kata dia, menyampaikan pesan ke Mahkamah agung untuk memutuskan perkara penodaan agama dengan seadil-adilnya. �Tanpa intevensi siapa pun, tanpa tekanan siapa pun, murni berdasarkan nurani hukum Mahkamah Agung,� ujarnya.Untuk aksi hari ini, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengapresiasi Polri yang tidak akan melarang aksi 55 yang akan digelar oleh sejumlah umat Muslim. Dia menilai hal tersebut, menjadi momen penting, dimana suatu keadilan hukum sudah mulai kembali.

Ketua Dewan Pembina PAN, Amien Rais menegaskan bahwa semua pihak yang telah menistakan agama, harus dihukum sesuai dengan aturan yang ada. Menurut Amien, jika bangsa kemudian gonjang-ganjing karena penista agama, hal tersebut tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat. Indonesia akan tenang kembali, jika penista agama tanpa kecuali dihukum dengan adil.

Peserta Aksi Simpatik 55

Pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Aa Gym, dalam pesannya menyoroti beberapa kejadian mencemaskan di antaranya pengadilan penistaan agama yang sedang berlangsung saat ini. Ia berharap mudah-mudahan dengan munajat bersama, Allah memberikan hidayah dan taufik kepada majelis hakim untuk bisa memberikan keputusan seadil-kepada umat Islam. Kepada yang hadir diminta untuk memastikan niatnya lurus demi kebaikan. Melaksanakan aksi dengan niat yang baik, perkataan baik dengan sikap yang terbaik agar Allah yang Maha Menyaksikan ridho.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin memberikan dukungannya terhadap aksi simpatik 55. Aksi Simpatik 55, menurut dia adalah ekspresi demokrasi yang dijamin konstitusi. Din menjelaskan, Aksi Simpatik 55 sejalan dengan kerukunan sejati karena aksi ini adalah bentuk protes terhadap ujaran kebencian yang mengganggu kerukunan. Din menilai, tujuan aksi ini untuk mengingatkan Indonesia untuk terus melakukan penegakan hukum dan keadilan. Din berharap agar pelanggar norma dan etika kerukunan dapat diamputasi melalui penegakan hukum yang berkeadilan dan memerhatikan rasa keadilan masyarakat. Din juga berpesan, agar aksi 55 dapat berlangsung secara simpatik dan damai.

Ketua MUI KH Ma�ruf Amin mengatakan, Aksi 5 Mei intinya meminta hakim persidangan kasus penistaan agama untuk independen. GNPF mengehendaki hakim punya pandangan sendiri, bisa menimbang secara jernih kasus ini, dan memerhatikan pendapat dari MUI, NU, dan Muhammadiyah yang telah mengatakan bahwa Petahana Basuki T. Purnama telah menistakan agama Islam. �Kalau ketiga organisasi ini tidak diperhatikan pendapatnya, berarti mendelegitimasi lembaga yang sudah kredibel itu. Lantas, mau pakai pendapat siapa?� uajr Kiai Ma�ruf. Sepanjang tidak anarkis, Kiai Ma�ruf menilai Aksi 5 Mei tidak jadi soal, apalagi dilakukan di masjid. �Ini kan hanya menyampaikan aspirasi masyarakat atas proses di pengadilan,� kata Kiai Ma�ruf.

Aksi Simpatik 55



Minggu, 30 April 2017

Dr. KH. Haedar Nashir, Tokoh Sentral Muhammadiyah

KH. Haedar Nashir
Foto: lintasnasional.com
Ngelmu.id - Dr. KH. Haedar Nashir, lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 25 Februari 1958; umur 59 tahun, adalah Ketua Umum Muhammadiyah terpilih periode 2015 - 2020. Di internal Muhammadiyah, dan terutama di kalangan aktivis IMM, nama Haedar Nashir sudah sangat dikenal. Ia pernah menjadi sekretaris ketika Ahmad Syafii Maarif menjabat ketua umum.

Dalam kesehariannya, Haedar Nashir bekerja sebagai Dosen di FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarka, di Yogyakarta. Dia menamatkan pendidikan dasarnya di Bandung, kemudian pindah ke Yogyakarta untuk memperoleh gelar S1 di STPMD/APMD Yogyakarta dengan mendapatkan gelar sebagai Lulusan Terbaik. Gelar S2 dan S3 diperoleh di Fisipol UGM pada bidang Sosiologi dan keduanya mendapatkan predikat lulus Cumlaude.

KH. Haedar Nashir
Foto: hariansinggalang.co.id

Istri Haedar Nashir bernama Dra. Hj. Siti Noordjanah Djohantini, M.M., M.Si. yang juga merupakan Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah. Dari hasil pernikahannya tersebut, mereka memiliki seorang anak perempuan, yaitu dr. Hilma Nadhifa Mujahidah yang merupakan dokter lulusan FK UMY dan seorang anak laki-laki, yaitu dr. Nuha Aulia Rahman yang juga seorang dokter lulusan  FK UGM.

KH. Haedar Nashir menjadi anggota Muhammadiyah sejak tahun 1983. Dia pernah menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah dan menulis buku "Muhammadiyah Gerakan Pembaruan" (2010) yang menjadi salah satu karya yang sangat referensial. Esai-esainya pun bisa dinikmati di rubrik �bingkai� Majalah Suara Muhammadiyah. Dia juga pernah menjadi Ketua PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode 1983-1986 dan Ketua Departemen Kader PP Pemuda Muhammadiyah periode 1985-1990.

KH. Haedar Nashir saat di UMY
Foto: menara62.com


Berikut ini adalah beberapa karya buku-buku yang pernah ditulisnya:
1.         Buku Budaya Politik dan Kekuasaan  (1997)
2.         Buku Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern (1997, 1999)
3.         Buku Pragmatisme Politik Kaum Elit (1999)
4.         Buku Perilaku Politik Elit Muhammadiyah (2000)
5.         Buku Dinamika Politik Muhammadiyah (2001)
6.         Buku Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah (2001)
7.         Buku Ideologi Gerakan Muhammadiyah (2002)
8.         Buku Islam dan Perilaku Pemeluknya (2002)
9.         Buku Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah (2006)
10.     Buku Manifestasi Gerakan Tarbiyah (2006)
11.     Buku Gerakan Islam Syariat: Reproduksi Salafiah Ideologis di Indonesia (2007).
12.     Buku Kristalisasi Ideologi dan Komitmen Bermuhammadiyah (2009)
13.     Buku Muhammadiyah Gerakan Pembaruan (2010)
14.     Buku Muhammadiyah Abad Kedua (2011)
15.     Buku Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan (2012)
16.     Buku Ibrah Kehidupan: Sosiologi Makna Untuk Pencerahan Hidup (2013)
17.     Buku Memahami Ideologi Muhammadiyah (2014)
18.     Buku Islam Syariat: Reproduksi Salafiah Ideologis di Indonesia, Edisi baru (2013)
19.     Buku Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah (Juli, 2015)
20.     Buku Gerakan Islam Pencerahan (Juli, 2015)
21.     Muhammadiyah A Reform Movement, 2015, UMS.
22.     Understanding The Ideology Of  Muhammadiyah, 2015, UMS.

KH. Haedar Nashir dan Jusuf Kalla
Foto: wapresri.go.id

Adapun tulisan-tulisan KH. Haedar Nashir juga bisa dibaca di beberapa media cetak ataupun jurnal ilmiah. Hal tersebut dikarenakan KH. Haedar Nashir merupakan Penulis tetap �Refleksi� pada Harian Umum Republika. Dia juga menulis di media massa Kedaulatan Rakyat, Kompas, Republika, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Sindo, dan beberapa jurnal ilmiah. Dia juga memberi kata pengantar pada sejumlah buku.

Dr. KH. Haedar Nashir terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-15 lewat Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, pada tanggal 6 Agustus 2015. Di muktamar Muhammadiyah, penetapan Haedar Nashir sebagai ketua umum PP Muhammadiyah dilakukan dalam sidang umum. Selain memilih Haedar sebagai ketua, muktamar juga memilih sekretaris umum PP Muhammadiyah yakni Abdul Mu'ti untuk periode kepemimpinan 2015-2020.

Sabtu, 18 Maret 2017

Ia Menampar Dan Memeluk Anaknya Sembari Bersuara...Jangan Tumpahkan Air Matamu...!

Patriot NKRI - Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. 
    Di dunia maya sedang ramai membahas polemik foto Pahlawan Nasional asal Aceh, Cut Nyak Dhien. Ada beberapa pihak yang mengatakan kalau foto Cut Nyak Dhien yang memakai konde merupakan konspirasi penjajah. Menurut mereka, foto asli Cut Nyak Dhien adalah sosok wanita yang menggunakan jilbab.
    Namun, sebagian kelompok membantah analisis Cut Nyak Dhien. Mereka menyebut foto wanita berjilbab tersebut adalah istri dari Panglima Polim.
Baca Juga: [VIDEO VIRAL] Mantap Jiwa...! Bantu Korban Kecelakaan, Anggota TNI Ini Langsung Lepas Kaus
Dari polemik tersebut terdapat foto yang mengagumkan dan bersejarah. Foto menampilkan sosok Cut Nyak Dhien yang ditawan oleh Belanda. Foto bertahun 1905 itu tersimpan di KITLV, Leiden, Belanda. 
    Foto itu diambil oleh komandan marsose, atau pasukan khusus Belanda, Letnan van Vuren. Foto ini juga yang menginspirasi adegan dalam film Tjoe Nja' Dhien karya Eross Djarot yang memenangkan Piala Citra.
   Cerita penangkapan itu berawal saat Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan masyarakat dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan. Sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.
Baca Juga: WOW...! Karena INDONESIA, Amerika KALAH Perang di Vietnam. Ternyata Ini RAHASIANYA...!
Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya.
    "Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid, " kata Cut Nyak Dhien.
   Cut Nyak Dhien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh.
    Selain itu, Cut Nyak Dhien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. 
Baca Juga: Jalan Hidup Para Polisi TELADAN: Bripda Eka, Polwan CANTIK Yang Nyambi Jadi Tukang TAMBAL BAN
Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya. Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. 

Bertarung mati-matian

Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda.Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.

Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. 


Namun, Cut Nyak Dhien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua.
Baca Juga: Mengharukan...! Kisah WALI KOTA Paling JUJUR Se-Indonesia, Sampai BERHUTANG ke Anak Buah..
Sumber: merdeka.com

Rabu, 15 Maret 2017

Kisah Bung Karno Menawarkan NYAWANYA, Rela Ditembak Demi MENYELAMATKAN Seorang Anak yang Ditahan Sekutu

Patriot NKRI - Pasca kemerdekaan, terjadi agresi Belanda kedua. Setelah sekutu berhasil merontokkan dominasi Jepang di Asia dan Asia Tenggara, Belanda segera melancarkan aksi sipil menduduki kembali negara jajahan yang ia namakan Hindia Belanda (Foto Cover: Bung Karno dengan seorang anak yang terluka, korban perang 1946).
      Sementara bagi kita, Hindia Belanda sudah terkubur, seketika bersamaan tertancapnya sang saka merah putih, panji Republik Indonesia. Fase ini disebut sebagai fase perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Masyarakat baru mengakui manfaat Bung Karno menyetujui pembentukan PETA.
Menyongsong mendaratnya kembali sekutu di bumi Indonesia, Bung Karno sekali lagi, menunjukkan karakter yang kuat sebagai lokomotif perjuangan bangsa. Ia mengatur strategi perlawanan, mulai dari perlawanan diplomasi sampai ke perlawanan bersenjata.
      Bung Karno bahkan muncul menunjukkan heroisme yang berkobar-kobar. Berikut adalah salah satu peristiwa yang terjadi di Magelang, yang dikutip oleh Bagin dalam bukunya “Pemahaman Saya tentang Ajaran Bung Karno.”  Juga ditulis Roso Daras di buku Total Bung Karno.
   Tersebutlah suatu waktu menjelang tahun 1946 di Magelang, Jawa Tengah. Bung Karno mendengar seorang anak menjadi tawanan di markas tentara Sekutu. Ia menuju ke Magelang.
Setiba di depan markas serdadu Inggris tempat seorang anak Indonesia ditawan, Bung Karno berhenti. Ia berjalan tegap dan mantap menuju pintu gerbang benteng serdadu Inggris dengan satu tekad,  membebaskan seorang anak yang ditahan musuh.
     Langkahnya makin mendekati jarak sasaran tembak, ketika terdengar teriakan, “Jangan tembak!”.  Suara tersebut menghentikan serdadu yang siap menembak.
      Faktanya, memang tak satu peluru pun dimuntahkan oleh prajurit-prajurit Sekutu. Sebaliknya, Bung Karno masuk dan sebentar kemudian sudah keluar membawa seorang anak belasan tahun yang menjadi tawanan serdadu Inggris.
Peristiwa itu mengukuhkan pribadi Soekarno yang sukarela menawarkan nyawanya untuk ditukar dengan seorang tawanan anak. Kisah itu, tidak hanya merasuk menyemangati setiap prajurit bersenjata bambu runcing, tetapi juga terdengar hingga ke telinga para Jenderal sekutu.

Sumber: nasional.news.viva.co.id

Minggu, 12 Maret 2017

Raih Simpati...! Begini Kisah DANTON TNI Sampai MENGAJAR Di Wilayah Terpencil Afrika Tengah

Patriot NKRI - Banyak cerita menarik bagaimana Pasukan Garuda mendapat simpati masyarakat di medan tugas. Hal ini juga terjadi pada pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XXXVII-C/Minusca (Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic).
Di sela-sela tugas, Prajurit TNI ini membaktikan diri untuk mengajar Bahasa Inggris pada anak-anak TK di District-6 Bangui, Afrika Tengah.
Baca Juga: Kisah Anak Buah Melihat Soeharto Bak KEBAL PELURU Saat Perang
Kegiatan ini diawali dengan perkenalan memakai bahasa Inggris oleh Danton Vertikal Lettu Czi Angga Kusuma. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan belajar membaca huruf alfabet. 
      Para siswa sangat antusias mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Lettu Czi Angga Kusuma lalu sesekali bercanda dan bergurau, membuat suasana belajar mengajar di Sekolah menjadi hangat. "Kegiatan belajar mengajar di TK District-6 ini merupakan rasa pedulinya Pasukan Garuda kepada warga Republik Afrika Tengah. Kondisi di sini masih kekurangan tenaga tenaga pengajar," kata Lettu Angga.
     Kegiatan ini juga merupakan salah satu kegiatan Civil Military Coordination (CIMIC) yang dilakukan oleh Satgas Garuda di Minusca agar mendapat simpati masyarakat Afrika Tengah.
      Kepala Sekolah TK District-6 Mrs.Victoria sangat senang atas bantuan dan perhatian pasukan TNI kepada TK District-6 dan masyarakat Republik Afrika Tengah pada umumnya.
Baca juga: PLAAAK...!!! TAMPARAN Lelaki Ini Mendarat KERAS Di Pipi Prabowo Subianto, Mantan Danjen Kopassus.
Seperti diketahui, 200 Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni TNI Konga XXXVII-C/Minusca, terdiri dari 178 personel TNI AD, 18 personel TNI AL, 4 personel TNI AU, bertugas sebagai pasukan pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa selama satu tahun di wilayah Republik Afrika Tengah.

Sumber: merdeka.com

Senin, 06 Maret 2017

Inspiratif...! Transformasi Sang PRAJURIT, Dari Badan Kurus Menjadi PASPAMPRES Kekar Berotot...

Patriot NKRI - Jika kita melihat anggota-anggota militer yang sedang bertugas pastinya kita juga terbiasa melihat badan-badan mereka yang kekar, tegap dan berwibawa. Begitu juga dengan sosok yang satu ini. Vicky Arifin. 
Baca Juga: Wow...! Hanya Dengan IKAN ASIN, TNI Kalahkan Pemberontak Yang Sulit Ditumpas
Didorong dengan profesi, eksistensi dan hobinya berolahraga, pria kelahiran Surabaya, 9 April 1984 ini mulai rutin melakukan fitness untuk membentuk otot dan menjaga kebugaran tubuhnya (Foto Cover: Vicky Arifin, sumber: reps-d.com, @vicky13borneo). Awalnya, Vicky begitulah ia terbiasa dipanggil, belum mengenal dunia fitness. Ia hanya sekedar berolahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugarannya agar tidak mudah terserang penyakit. Pria yang pernah menjadi anggota PASPAMPRES (Pasukan Pengamanan Presiden) pada tahun 2014 ini memang sangat suka berolahraga terlebih semenjak dirinya menempati rumah dinasnya di Bogor. Ketika tim REPS bertanya apa hal yang memotivasi Vicky dalam melakukan fitness, iapun menceritakannya kepada tim REPS.
      Awal mulanya adalah ketika ia sedang melaksanakan tugasnya mengawal Presiden kesuatu tempat. Ia melihat seseorang yang sedang menjalankan dinas ditempat itu. Orang itu memakai seragam dan berbadan kekar sehingga terlihat sangat berwibawa. 
       Saat itu ia termotivasi ingin memiliki badan seperti orang itu dan tertarik untuk membentuk badannya. Ia pun bertanya pada orang itu bagaimana caranya agar bisa memiliki badan tegap dan kekar sepertinya, dan orang itu menjawab fitnesslah yang membuat badannya tegap dan kekar. Sejak saat itulah ia mulai rutin latihan dan membentuk tubuhnya di gym.
Baca Juga: Video Kocak...! Youtuber Rusia Mencoba Ransum TNI. Lihat Reaksinya...!
      Bukan hal yang baru untuk seorang tentara seperti Vicky memiliki keinginan membentuk tubuhnya menjadi kekar layaknya para binaragawan. Karena sebagai Pasukan Pengamanan Presiden sudah semestinya Vicky memiliki kualitas badan yang prima, bugar dan tidak mudah terserang penyakit. Juga harus agresif karena tanggung jawab tugasnya sangatlah besar yaitu mengawal dan mengamankan orang nomor satu di negara kita. Selain itu untuk eksistensinya yang mendukung untuk melakukan tugas kesehariannya, ia mulai melakukan latihan beban disela-sela tugasnya.
      Setiap hari Vicky harus membagi waktu latihan dan tugasnya sebagai anggota militer. Karena bagaimannpun ia tidak boleh meninggalkan tugasnya itu. Setiap pagi pukul 07.00 dia mulai melaksanakan tugasnya dan menyelesaikan tugasnya pada pukul 15.30. Setelah itu ia menuju tempat gym dan memulai latihannya.
Baca Juga: WAJIB Baca...! Bikin HARU dan LUCU...Inilah Perintah Pertama Soekarno Sebagai Presiden RI.
Pola latihan dan diet
Karena di Indonesia lebih dominan dengan body contest maka dalam melakukan fitness Vicky memusatkan latihannya pada pembentukan body ideal saja, karena memang tujuan utamanya membentuk badan yang kekar. Tetapi ia pun tidak melupakan latihan untuk otot kaki sesuai dengan kebutuhan ideal body karena tugasnya sehari-hari lebih banyak dilakukan dengan posisi berdiri sehingga otot kaki juga harus kuat.
      Ia lebih fokus kepada body contest karena menurutnya di Indonesia kebutuhannya lebih banyak mengacu pada body contest. Sementara untuk binaraga mungkin baru sedikit event-event yang diadakan, sehingga ia memfokuskan latihannya pada body contest. Selain itu dia rasa untuk binaraga ia perlu latihan lebih lanjut karena binaraga jauh lebih senior dibandingkan dengan body contest.
     Untuk pola makan sehari-hari Vicky tidak perlu repot untuk mengaturnya karena ia sudah terbiasa mengatur pola makannya. Untuk melakukan diet dia tidak perlu waktu lama seperti pada umumnya yang bisa memakan waktu 2 sampai 3 bulan. Dia hanya butuh waktu 3 hari saja untuk melakukan dietnya. 
Baca Juga: DRAMATIS & LUCU: Kisah Kopassus SERGAP Musuh di Belantara Jabar
Pria asal Kalimantan Timur ini sudah terbiasa memakan makanan yang dimasak dengan cara direbus, sehingga tidak mengandung kolesterol yang ditimbulkan dari makanan yang dimasak dengan cara digoreng dan menurutnya direbus lebih hemat. Dia juga menunjangnya dengan mengkonsumsi suplemen pendukung untuk menjaga stamina dan pembentukan ototnya. “Kalau suplemen mungkin saya menggunakan Whey atau Mass gainer”, ujarnya saat tim REPS mewawancarainya.
      Sebelum mengakhiri perbincangan dengan tim REPS, Vicky berpesan bahwa “sebaiknya kita kembali ke dasar atau tujuan utama kita dalam fitness, yaitu untuk kesehatan dan melatih badan kita bukan untuk merusaknya dengan hal-hal yang negatif. Jagalah badan dengan cara berolahraga untuk kebugaran dan menjaga pola makan kita sehari-hari. Saat ini kita bisa melihat pola makan yang baik melalui internet ataupun media lainnya sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengetahuinya.”
Baca Juga: NGERI...! JAGOAN TNI AU Marah BESAR: Lihat Jenderal Makan DAGING, Prajurit Cuma Dikasih TEMPE
Sumber: reps-id.com

Kamis, 02 Maret 2017

Inilah 5 Fakta Sosok MENGERIKAN Di Belakang RAJA ARAB...! Lebih Hebat Mana Dibanding PASUKAN KHUSUS Indonesia?


Patriot NKRI - Sosok itu adalah seorang pria gundul, berbadan tinggi tegap, memakai setelan jas rapi, dan punya sorot mata yang tajam. 

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud akan berkunjung ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017. Rencananya, dalam kunjungannya ke Indonesia, Ia akan membawa 1.500 anggota delegasi, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.
Baca Juga: Kisah Anak Buah Melihat Soeharto Bak KEBAL PELURU Saat Perang.
Tapi, satu sosok yang pasti akan masuk foto para wartawan, justru bukanlah pangeran maupun kerabat sang raja. Sosok itu adalah seorang pria gundul, berbadan tinggi tegap, memakai setelan jas rapi, dan punya sorot mata yang tajam.

Siapa dia?

Ya, pria gundul itu adalah Brigadir Jenderal Abdul Aziz Al-Faghm. Dia merupakan jebolan kesatuan pasukan elit Arab Saudi. Penulis sekaligus pakar perang dan militer, Thomas Wictor, menulis, Abdul Aziz Al-Faghm merupakan satu dari sedikit tentara di Saudi yang punya kualifikasi komplet.

Berikut 5 fakta menarik soal Brigjen Al-Faghm :

1. Skill Komplet, Mulai Pilot Sampai Penjinak Bom

Berbagai badge (tanda lulus pendidikan militer) yang telah dimilikinya antara lain badge Pasukan Khusus, serta badge Pasukan Rahasia Anti-Terorisme Saudi.

Selain badge itu, Abdul Aziz Al-Faghm punya badge pelatihan terjun payung dari sejumlah pasukan elit Amerika Serikat, yakni US Army Master Parachutist jump wings dan US Navy Master Parachutist jump wings.
Baca juga: Bak PASUKAN HANTU, Pasukan JANUR KUNING Muncul Dari Dalam Tanah...MERAYAP MENYERGAP Belanda Yang Masih Terlelap...!!
Tak hanya piawai soal bertempur di darat, Abdul Aziz Al-Faghm juga bisa menerbangkan pesawat maupun helikopter dalam kondisi darurat. Hal itu ditunjukkan dari badge Saudi Air Force pilot’s wings yang ia miliki.

Lalu, badge Saudi Combat Diver, merupakan bukti bahwa menyelam di laut, adalah kemampuan yang mudah saja baginya.
Ia bahkan dikenal punya kemampuan menjinakkan bahan peledak, dari badge penjinak bom yang dimilikinya. Semua badge itu dimiliki oleh Abdul Aziz Al-Faghm melalui pelatihan selama lebih dari 10 tahun.

2. Tua Hanya Usianya

Sebagai seorang tentara berpangkat brigadir jenderal, Abdul Aziz Al-Faghm diyakini telah berusia sekitar 50 tahun. Tapi, penampakan fisiknya seringkali membuat orang kagum. Fisik tubuhnya masih tegap, kekar, dan terjaga.

Menurut Thomas Wictor, kekuatan fisiknya bahkan disebut-sebut masih bisa menandingi seorang tentara di usia 20 tahunan. Lihat saja fotonya saat mengawal Raja Salman di Malaysia, 27 Februari 2017. Ia masih terlihat bak aktor film laga, ketimbang seorang perwira tentara berusia 50 tahunan.

3. Bukan Hanya Ahli Teori

Brigjen Abdul Aziz Al-Faghm lulus dalam banyak pelatihan militer. Apakah dia hanya ahli teori saja? Tidak. Dia telah mendapat penghargaan Order of Bravery, sebuah penghargaan tertinggi untuk para prajurit tangguh di Saudi, tidak hanya sekali, tapi beberapa kali.
Baca juga: 3 MENIT paling MENEGANGKAN...! Inilah Aksi HEROIK Kopassus Yang Membuat Dunia Terperangah..!
Asal tahu saja, menurut Thomas Wictor, untuk meraih penghargaan ini, seseorang harus ikut dalam perang fisik atau terjun sebagai prajurit kombatan. Dengan melihat fotonya saat berada di sisi Raja Salman, Thomas Wictor memuji Brigjen Abdul Aziz Al-Faghm sebagai orang yang sangat teliti dan disiplin dalam melindungi raja.

Hal itu terlihat dalam posisi tangannya ketika berjalan melindungi Raja Salman. Posisi tangan itu menandakan ia selalu dalam posisi siaga.

4. Kesetiaan Tak Diragukan

Apakah skill komplet adalah satu-satunya alasan mengapa Raja memilihnya sebagai pengawal pribadi? Bukan. Ada lagi alasan lain yang diyakini membuat Raja Salman susah berpaling darinya. 

Hal itu adalah kesetiaan alias loyalitas. Brigjen Abdul Aziz Al-Faghm telah menjadi pengawal raja selama lebih dari 10 tahun. Itu artinya, sebelum mengawal Raja Salman, dia juga mengawal Raja Arab Saudi sebelumnya, yakni Raja Abdullah bin Abdulaziz Al Saud, yang mangkat pada 23 Januari 2015.
Baca juga: Kisah JAGAL Belanda Pembantai TNI dan 40 Ribu Rakyat Indonesia. KEJAM dan BIADAB...!
Saat Raja Abdullah mangkat dan dimakamkan, Al-Faghm menjadi pengawal terdepan iring-iringan penggotong jenazah Raja Abdullah. Saat itu, fotonya mengawal iring-iringan jenazah menjadi viral. Banyak warga Arab Saudi menaruh haru kepadanya.

Pasalnya, ia harus sebisa mungkin menjaga emosi di momen itu. Banyak yang meyakini ia terpukul dengan kematian Raja Abdullah. Tapi, dia tetap tegar tak menangis di pemakaman itu.

5. Titisan Sang Ayah

Al-Faghm lulus dari akademi militer King Khaled Military College di tahun 1991. Dia lalu lolos masuk ke unit pasukan khusus Arab Saudi, sebelum akhirnya terpilih masuk ke Royal Guard, atau pasukan khusus kerajaan.
Baca Juga: MANTAP JIWA...! Inilah Deretan Senjata-Senjata LEGENDARIS KOPASSUS. [Nomor 5 Sangat SPESIAL] Kamu Wajib Tahu...!
Hanya orang-orang terpilih yang dipercaya masuk ke kesatuan ini. Yang menarik, ayah dari Al-Faghm, ternyata juga menjadi abdi Raja Arab Saudi sebelumnya, selama 30 tahun.

Sumber: tribunnews.com

Selasa, 28 Februari 2017

Kisah Anak Buah Melihat Soeharto Bak KEBAL PELURU Saat Perang. Selalu BERTEMPUR Dibarisan Depan...!


Patriot NKRI - Kisah-kisah soal pejuang yang kebal peluru ini memang jadi cerita tersendiri di kalangan prajurit selama perang kemerdekaan. Ada yang benar-benar kebal, tapi banyak juga yang akhirnya mati konyol ditembak musuh gara-gara ditipu dukun (Foto Cover: Soeharto dan pasukannya).

Komandan Wehrkreise III Letkol Soeharto memimpin serangan Umum 1 Maret 1949. Dia mencatat prestasi dengan menduduki Kota Yogya selama 6 jam. Serangan Umum 1 Maret berhasil membuka mata dunia tentang aksi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia yang telah merdeka.

Bagaimana aksi Soeharto memimpin pertempuran? Soerjono, salah satu anak buah Soeharto menceritakannya dalam buku 'Pak Harto Untold Stories'.
Baca Juga: Usman & Harun DIGANTUNG, MARINIR Siap TENGGELAMKAN Singapura...Ngeri...! 
Heroik dan Inspiratif..! Kisah 8 Raider Tengkorak Taklukkan Lawan di Timor-Timur
"Pada saat itu, Pak Harto seolah-olah memiliki kekuatan mental yang luar biasa. Boleh percaya atau tidak, tetapi Pak Harto seperti tidak mempan ditembak. Pak Harto selalu di barisan depan jika menyerang atau diserang Belanda. Saya sering diminta menempatkan posisi diri di belakang beliau," ujar Soerjono di halaman 99 buku tersebut.

"Saya ingat kata-kata Pak Harto, kalau takut mati tidak usah ikut perang," terangnya.

Soerjono menyebut serangan umum 1 Maret sudah sangat dipersiapkan secara matang. Sejak sore hari para prajurit TNI telah memasuki Kota Yogyakarta dengan menyusup. Pos komando ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota.

"Sebelum serangan dilakukan, Pak Harto sering mengirim telik sandi (mata-mata) ke Kota Yogyakarta dan Keraton. Para komandan pun sering dipanggil untuk mematangkan strategi perang gerilya," ujar Soejono.
Baca Juga: Mengharukan..! Ketika Linangan Air Mata Bung Karno Iringi Tanda Tangan Vonis Mati Untuk Sang Sahabat Karib
Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene tanda jam malam berakhir berdering, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.

Wilayah barat dipimpin Ventje Sumual, Selatan dan Timur dipimpin Mayor Sardjono, Utara oleh Mayor Kusno. Di wilayah kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan TNI mengundurkan diri.

"Saya merasakan langsung kepemimpinan Pak Harto sejak perencanaan hingga pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret," terang Soerjono.
Baca Juga: Aksi Heroik Pierre Tendean Pimpin Pasukan Elite Menyusup Masuk, Sikat, Dan Hancurkan Fasilitas Malaysia...
Kisah-kisah soal pejuang yang kebal peluru ini memang jadi cerita tersendiri di kalangan prajurit selama perang kemerdekaan. Ada yang benar-benar kebal, tapi banyak juga yang akhirnya mati konyol ditembak musuh gara-gara ditipu dukun. 

Sebelum meninggal pada tahun 2008 lalu, Soerjono sempat menyayangkan beberapa orang yang meragukan peranan Soeharto dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Menurutnya mereka yang mempersoalkan tersebut karena tidak menyukai Soeharto .

"Saya sendiri merasakan keikhlasan Pak Harto pada saat perang dan terus berjuang membangun Indonesia ini. kelak generasi penerus akan melihat nilai-nilai positif yang sudah pasti di Lakukan Soeharto untuk Indonesia," terangnya
Baca Juga: [MINGGU NERAKA]...! Inilah Latihan HELL WEEK Kopaska TNI AL Yang Bikin Dunia Merinding..!

Sumber: merdeka.com 

Sabtu, 25 Februari 2017

Keberanian Tanpa Tanding...! Biarkan MATAKU Terbuka, Aku Ingin Melihat PELURU Penjajah Menembus Dadaku...!


Patriot NKRI - Suasana mendadak riuh saat dia memberondongkan senapannya ke area tangsi Belanda. Para penghuninya pun panik, bubar, dan lari menyelamatkan diri ke segala penjuru.

Usai menamatkan pendidikan dasarnya, Bote langsung merantau. Pergilah ia ke Manado untuk melanjutkan studi ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)  di Manado. MULO adalah sekolah menengah pada masa pemerintahan kolonial Belanda (Foto cover: ilustrasi hukuman tembak mati). 
Baca Juga: Komando..! Komando..! Semua tiarap..! Tiarap!...Detik-Detik Paling MENEGANGKAN Bagi Kopassus. Dunia Terperangah..!
Bote lulus dari MULO ketika kekuasaan Belanda di Indonesia baru saja berakhir, digantikan oleh pendudukan militer Jepang sejak tahun 1942. Ia kemudian masuk ke dua sekolah sekaligus, yakni sekolah pertanian bentukan Jepang dan Sekolah Keguruan Bahasa Jepang, keduanya di Tomohon.

Mengantongi kemampuan berbahasa Jepang, ia pulang ke Malalayang dan menjadi guru di sana. Bote yang pada saat itu berusia 18 tahun juga mengajar di beberapa daerah lainnya seperti Minahasa, Liwutung, hingga Luwuk Banggai. Tapi, 2 tahun berselang, tak lama setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Bote hijrah ke Makassar.

Di pusat peradaban Sulawesi Selatan itu, Bote atau yang kini sudah cukup dikenal dengan nama aslinya, Robert Wolter Monginsidi, terhenyak karena kemerdekaan yang baru dinikmati sesaat tiba-tiba terancam. Belanda datang lagi dengan wujud anyar: Netherlands Indies Civil Administration alias NICA dengan tujuan berkuasa kembali di Indonesia. 

Tak pelak, darah muda Bote mendidih, dan dengan tegas ia memutuskan untuk ikut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di usianya yang masih remaja. Robert Wolter Monginsidi turut dalam pembentukan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) pada 17 Juli 1946.

Meski masih belia, keberanian Monginsidi sudah teruji. Beberapa kali ia turut dalam peperangan melawan NICA yang bersenjatakan lebih canggih. Kecakapan inilah yang membuatnya dipercaya menjadi salah satu pimpinan LAPRIS. Ia memimpin pasukan sendiri untuk memberikan tekanan terhadap Belanda di Makassar dan sekitarnya.
Baca Juga: HERCULES Sang Mantan PEJUANG NKRI: Kisah dan Fakta SANGAR Preman Yang Pernah Ditakuti Seantero Jakarta.
Secara struktural, jabatan Monginsidi di LAPRIS adalah sekretaris. Namun, ia juga berperan sebagai perencana operasi militer dan tak jarang harus menyamar untuk menentukan sasaran (Agussalim, Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan, 2016:219). Cukup banyak serangan LAPRIS yang berhasil berkat informasi Monginsidi.

Keberanian Tanpa Tanding

Salah satu sudut Kota Makassar itu masih sepi ketika sebuah jip militer milik Belanda menembus sunyi menuju tangsi. Di depan sana, telah menunggu 4 orang, berpakaian tentara juga yang tidak lain adalah Monginsidi bersama 3 pejuang lainnya yaitu Abdullah Hadade, HM Yoseph, dan Lewang Daeng Matari.

Jip dihentikan, Monginsidi menodongkan pistol ke arah kepala satu-satunya orang yang ada di mobil itu, seorang kapten rupanya. Seragam dan tanda pangkat sang kapten dilucuti, lalu dikenakan oleh Monginsidi.

Mobil pun diambil-alih, Monginsidi dan seperkawanan menjalankannya ke arah tangsi. Tak dikenali,mereka berhasil masuk ke kandang musuh. Suasana mendadak riuh saat Monginsidi memberondongkan senapannya ke area tangsi. Para penghuninya pun panik, bubar, dan lari menyelamatkan diri ke segala penjuru.


Baca juga: Aksi Heroik Dan Menegangkan..! Duel Maut Sampai Mati: Satu Lawan Satu Kopassus vs Gerilyawan PGRS
Salah satu aksi heroik Monginsidi lainnya terjadi sepanjang pekan ketiga Januari 1947. Pasukannya terlibat kontak senjata dengan pihak Belanda dan berhasil memukul mundur lawan (Syahrir Kila, Kelaskaran 45 di Sulawesi Selatan, 1995:87). Beberapa hari kemudian, terjadi saling tembak-menembak lagi. Monginsidi nyaris saja tertangkap, tapi lolos.

Serangkaian perlawanan itu membuat Belanda kini mengenali sosok Monginsidi dan menggelar beberapa kali razia besar-besaran untuk menangkapnya. Tanggal 28 Februari 1947, ia terjaring dan dipenjarakan.

Pada 27 Oktober 1947, kawan-kawan seperjuangan Monginsidi berhasil menyelundupkan 2 granat yang dimasukan ke dalam roti. Granat pun diledakkan, seisi kompleks penjara kacau-balau. Melalui cerobong asap dapur, Monginsidi dan ketiga rekannya berhasil melarikan diri.

Setahun berselang, Monginsidi terkepung di sebuah gang. Ia tidak mengira posisinya diketahui oleh Belanda. Monginsidi sebenarnya punya sebuah granat yang bisa saja ia lemparkan. Tapi, terlalu tinggi risikonya karena gang tempatnya terkepung itu juga menjadi area pemukiman warga. Monginsidi pun akhirnya menyerah demi keselamatan rakyat.
Baca juga: Menegangkan...! 15 Prajurit KOPASKHAS vs Pasukan INTERFET: Kalah Jumlah, GRANAT Siap Bicara dan Tempur HABIS-HABISAN
Tangan dan kaki Monginsidi dibelenggu dengan rantai, kemudian dikaitkan ke dinding tembok tahanan di Kiskampement Makassar. Dalam masa itu, Belanda kerap membujuk Monginsidi agar mau bekerjasama, tapi ia selalu tegas menolak. Akhirnya, pada 26 Maret, ia divonis akan menjalani hukuman mati.

Mati dengan Kebanggaan

Pihak Belanda masih sempat menyarankan kepada Monginsidi mengajukan grasi agar mendapatkan pengampunan, setidaknya lolos dari vonis mati, dengan syarat, ia bersedia bekerjasama. Tapi, Monginsidi tetap tidak mau. Ia memang telah dikhianati, namun ia anti menjadi pengkhianat.

“Minta grasi? Itu berarti mengkhianati keyakinan sendiri dan teman-teman. Salam pada teman-teman. Saya setia sampai mati!” serunya lantang (Yusuf Bauti, Intisari, Maret 1975).

Selama menunggu maut menjemput di sel tahanan, Monginsidi kian mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu, Monginsidi juga sempat mengguratkan sejumlah catatan berisi pesan-pesan perjuangan, bahwa ia pantang menyerah, bahwa ia tak pernah takut maut demi harga diri dan bangsa.
Baca juga: Kalau Kalian Takut, PULANG SAJA...! Biar Saya HADAPI Sendiri...!!: Kisah Perwira AURI TAKLUKKAN Kepungan Ribuan Tentara GHAIB Di Pedalaman Jawa
“Saya telah relakan diri sebagai korban dengan penuh keikhlasan memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yang akan datang. Saya percaya penuh bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan yang Maha Esa.”

“Perjuanganku terlalu kurang, tapi sekarang Tuhan memanggilku. Rohku saja yang akan tetap menyertai pemuda-pemudi. Semua air mata dan darah yang telah dicurahkan akan menjadi salah satu fondasi yang kokoh untuk tanah air kita yang dicintai Indonesia.”

Begitu bunyi sebagian guratan pena bermakna Monginsidi dari dalam penjara yang ditulisnya di lembaran kertas dengan judul “Setia Hingga Terakhir dalam Keyakinan”.

Hari penghakiman datang juga. Senin, 5 September 1949 dini hari, Monginsidi dibawa ke hadapan regu tembak. Mata dan hatinya terbuka menghadapi eksekusi. Monginsidi ingin menikmati saat-saat terakhirnya dengan kebanggaan, “Saya jalani hukuman tembak mati ini dengan tenang, tidak ada rasa takut dan gentar demi kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta.”

Sesaat sebelum pelatuk ditekan, Monginsidi berucap kepada para algojo di hadapannya, “Laksanakan tugas, saudara! Saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan. Saya maafkan saudara-saudara dan semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa saudara-saudara.“

“Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku,“ tambahnya. 
Baca juga: MAY DAY MAY DAY...!! Pak TOLONG Pak, Ada Beberapa Perahu Cepat Mau MEMBAJAK Lagi...!!!
Dan, bersamaan dengan tiga kali pekikan merdeka, 8 peluru menembus raganya: 4 di dada kiri, 1 di dada kanan, 1 di ketiak kiri menembus ketiak kanan, 1 di pelipis kiri, dan 1 di tepat pusar. Monginsidi tersimpuh, gugur pada waktu subuh di umur yang juga masih terbilang dini, 24 tahun. 

Sumber: tirto.id